Pagi ini saya mengajak sahabat fillah untuk berkaca diri barang sebentar, sebelum memulai aktifitas dan melebur di dalamnya. Sahabat, waktu terus berjalan tidak kenal henti. Usia kita pun semakin merambat tua. Tidak terasa, jatah hidup semakin berkurang mendekati masa akhir. Diantara ukhti yg telah beranjak remaja, baru kemarin rasanya menikmati masa kanak-kanak. Demikian pula yg menginjak dewasa, seakan masa remaja juga belum lama berselang. Kini diantara kita ada yg telah berputra dua, tiga, empat dan seterusnya. Dan kepingan waktu yg telah dilalui tidak bisa diputar ulang kecuali hanya dalam memori.
Ada baiknya hentikan sejenak rutinitas jadwal kepadatan kita. Kesibukan yg memenatkan jiwa dan tidak jarang membuat diri lalai pada kewajiban menghadap-Nya. Mulailah mengintrospeksi diri, apa saja yg telah kita perbuat dan torehkan dalam sejarah hidup selama ini. Karena semuanya akan menentukan "bahagia" dan "celaka" di hari kemudian.
Adakah diantara kita yg masih berteman akrab dengan dosa ? Dosa-dosa yg kasat mata seperti zina atau yg kadang dianggap biasa seperti ghibah (menggunjing), berbohong, tidak tepati janji, dan seterusnya. Adakah yg masih bersikap malas terhadap pelaksanaan ibadah / kewajiban sebagai seorang muslim ? Shalat yg dilakukan dgn terpaksa dan diundur waktu pelaksanaannya (dilalaikan). Puasa yg dilakukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Sedekah yg riya (pamer) dan setengah hati. Menuntut ilmu dengan banyak mengeluh. Atau masih gemar menyakiti perasaan saudara sesama muslim dengan kata dan perbuatan. Sudahkah akhlak kita menanjak lebih baik seiring umur yg terus berkurang jumlahnya ?
Catat ini ! Hendaklah setiap diri takut menjadi orang yg bangkrut pada hari kiamat karena tindakan aniaya yg dilakukannya ketika hidup di dunia. Baik yg ia sadari atau tidak. Rasululullah shallallahu 'alaihi wasalam mengingatkan kita, "Sesungguhnya orang yg bangkrut di kalangan umatku yaitu orang yg datang pada hari kiamat dgn pahala shalat, shiyam, zakat, tetapi ia juga telah mencela si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan dan memukul si fulan. Maka si fulan tsb diberi kebaikan-kebaikannya, jika kebaikannya telah habis sebelum habis urusannya, maka ia diberi dosa-dosa mereka, lalu dilemparkan kepadanya kemudian ia dilemparkan ke neraka." (HR Muslim)
Disamping itu, perasaan selalu diintai kematian juga sangat berguna untuk meningkatkan kualitas iman dan amal kita. Kesadaran setiap saat bahwa kematian kapan saja mendatangi. Entah itu pagi, sore atau malam. Ia dapat datang tanpa kita sadari dan dalam keadaan yg tidak terduga. Kematian tidak mungkin dapat ditolak manusia meski sekali pun ia adalah pemilik harta, kekuasaan, dan benteng yg kokoh. "Dimanapun kamu berada maka kematian akan mendatangimu meskipun engkau berada di benteng yang kokoh." (QS an-Nisa' : 78)
Banyak diantara manusia yg pagi hari masih tersenyum gembira, ternyata sore nya telah terbungkus kain kafan. Malam hari masih bercengkrama dengan keluarga, pagi hari telah diantar dengan keranda mayat ke tempat tinggal yg baru. "Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian." (HR. Tirmidzi)
Dengan sering mengingat kematian, hati akan lembut dan selalu berusaha untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya dengan amal shalih yg terus diperbanyak. Karena kesempatan beramal hanya lah ketika hidup di dunia, tidak akan terulang lagi. Waktu dan kesempatan kita adalah hari ini. Inilah masa beramal untuk mempersiapkan diri menghadapi akhirat. Karena akhirat adalah masa dimana kita sekedar menuai apa yg telah ditorehkan dalam perjalanan hidup di dunia.
Hendaklah setiap diri mewaspai hal ini, jangan sampai terlena dgn kesenangan dunia dan angan-angan yg panjang. Bercita-cita dan memiliki target baik untuk hidup kedepan tentulah tidak dilarang, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Orang yg cerdas adalah orang yg sudi mengoreksi diri dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yg lemah adalah orang yg mengikuti hawa nafsunya, lalu berangan-angan kepada Allah." (HR Tirmidzi, beliau mengatakan haditsnya hasan). Namun perlu kita ingat kembali, bahwa sebaik-baiknya rancangan kita sebagai manusia, tetap kita ada dalam genggaman dan keputusan Allah Ta'ala sebagai Dzat Yang Maha Berkendak.
Mari renungkan nasehat emas Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Beliau berkata, "Sesungguhnya sesuatu yg paling saya takutkan pada kalian adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu, maka akan menghalangi dari kebenaran. Adapun panjang angan-angan akan melupakan dari akhirat. Ingatlah, dunia telah pergi ke belakang kita, sedangkan akhirat telah berada dihadapan. Setiap keduanya memiliki anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini (dunia) adalah hari untuk beramal dan tidak ada hisab, dan besok (akhirat) adalah hari perhitungan, tidak ada amal lagi." (Shifatus Shafwah).
Akhirnya, hendaklah kita menguatkan niat dan ikhtiar agar disisa usia yg ada, langkah ke depan semakin baik dan tertata. Agar waktu yg ada semakin bermanfaat untuk persiapan bekal mengarungi kehidupan di alam lain.
"Bersungguh-sungguhlah mengupayakan apa-apa yg bermanfaat untukmu, memohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa lemah (pesimis)" (HR Muslim)
Source : ar-risalah no. 91/vol. VIII/7/Muhararam-Shafar 1430 H.
Writer : Abu Syafiq.
0 komentar:
Posting Komentar